MENJADI PEMIMPIN YANG BIJAK (Perspektif Antropologi-Teologis atas Amsal)
Sari
Terdapat beberapa pokok pikiran yang dapat dipelajari dari Amsal dengan
melihat kehidupan zaman sekarang. Menjadi bijaksana adalah sebuah
pilihan. Dan didasari oleh iman akan Allah. Dari pilihannya itu, setiap
orang berusaha bagaimana belajar menjadi manusia bijak di pusaran
arus kehidupan yang penuh tantangan seperti saat ini. Penyakit krisis
kepemimpinan, krisis kepercayaan, dan kelalaian terhadap tanggung
jawab, sikap arogan serta tindakan melecehkan harkat dan martabat
sesama manusia. Terciptanya mentalitas korup, pengabaian terhadap peran
hati nurani. Berangkat dari keprihatinan ini, tidak ada jalan lain kecuali
membangkitkan lagi minat memelihara kebijaksanaan itu dalam hidup.
Maka setiap manusia yang ingin bijak harus sadar bahwa hikmat itu perlu
dipelajari, perlu dicari, dan kalau didapatkan perlu dicintai dan dihidupi.
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Cahyadi, Krispurwana T, SJ, Gereja di Tengah Pergumulan Hidup, Jakarta:
Obor, 2004.
De Montfort, Louis Marie Grignion, Cinta Dari Kebijaksanaan Abadi,
(Terjemahan dari judul asli: L’Amour de la Sagesse Eternale), Malang:
Seminari Montfort Pondok Kebijaksanaan, 2009.
Habeahan, Salman, Membangun Hidup Berpolakan Pribadi Yesus,
Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2006.
Isharianto, Rafael, CM (Ed), Pergumulan Iman Kristiani di Tengah Pasar
Budaya, Malang: Widya Sasana Publication, 2010.
Pareira, Berthold Anton, O. Carm, Jalan Ke Hidup Yang Bijak, Malang:
Dioma, 2006.
Sudhiarsa, Raymundus, Iman Yang Terlibat; Memaknai Lagi Imitatio
Christi, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2009.
van Paassen, Yan, Suara Hati; Kompas Kebenaran, Jakarta: Obor, 2002.
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.